"Dunia bergerak cepat, tetapi persoalan umat justru semakin menumpuk. Lapangan kerja menyusut, keterampilan tak sesuai kebutuhan, pemuda kehilangan arah, dan spiritualitas makin terkikis. Jika kita tidak segera bertindak, kita bukan hanya menghadapi persoalan besar, tetapi juga masa depan peradaban."
Inilah saatnya menggarap kepemudaan sebagai solusi utama, membangun sinergi, dan menciptakan perubahan, karena pemuda masih polos (hanif) belum terjebak pola pikir lama, masih mudah dibentuk, penuh energi, — mereka hanya butuh arah yang jelas untuk menjadi agen perubahan nyata. Jika tidak sekarang, kapan? Jika bukan kita, siapa?
Baiklah itu sebagai gambaran saja. Mari kita baca ulasan disini barang 10-15 menit dengan sebaik-baiknya untuk kita renungkan. InsyaAllah waktu yang anda curahkan untuk membaca tidak akan sia-sia.
Artikel ini kita bagi ke dalam beberapa bagian agar memudahkan kita membangun peta di mindset membaca kita. Berikut:
- Chapter 1 Persoalan Berat yang kita Hadapi: Membahas tentang Latar Belakang, yakni berbagai persoalan yang dihadapi Umat yang perlu kita renungkan
- Chapter 2 Solusi: Membahas tentang solusi besar yang bisa kita lakukan
- Chapter 3 Gambaran ke Depan: Langkah ke depan kita dalam menyelesaikan masalah
- Chapter 4 Yang sudah kami lakukan: Yang sudah kita lakukan bersama Syabab Camp
- Chapter 5 Kami Membutuhkan Dukungan Anda: Bagaimana kita bisa mendukung gerakan ini
Daftar Isi
- Chapter 1: Persoalan Berat yang kita Hadapi
- Krisis Identitas Pemuda
- Degradasi Spiritual & Moral
- Dominasi AI dan Hilangnya Lapangan Kerja
- Pendidikan yang Gagal Menjawab Kebutuhan Zaman
- Ekonomi yang Tidak Stabil dan Ketimpangan Sosial
- Budaya Digital yang Merusak
- Persoalan Sosial yang Semakin Kompleks
- Fragmentasi Umat & Kurangnya Sinergi
- Lemahnya Kemandirian Ekonomi Umat
- Degradasi Pertanggungjawaban Pemerintah
- Chapter 2 Solusi: Solusi yang Bisa kita Upayakan, dari yang Kecil
- Chapter 3 Gambaran ke Depan: Langkah ke depan kita dalam menyelesaikan masalah
Chapter 1: Persoalan Berat yang kita Hadapi
Banyak persoalan berat yang kita hadapi saat ini, baik dalam skala global maupun dalam konteks umat dan kepemudaan. Beberapa di antaranya:
Krisis Identitas Pemuda
Pemuda kehilangan arah, bingung menentukan tujuan hidup, dan banyak yang akhirnya terjerumus dalam gaya hidup konsumtif, hedonisme, serta nihilisme.
Penelitian di Surabaya menemukan bahwa gaya hidup hedonis berpengaruh besar terhadap perilaku konsumtif remaja. Dalam studi tersebut, pengaruhnya mencapai angka 6,3 kali lipat lebih tinggi dibanding faktor lainnya, dengan tingkat kepastian hampir 100% (p<0,05).
Data dari Katadata menunjukkan bahwa generasi Z (Gen Z) di Indonesia cenderung memiliki perilaku konsumtif yang tinggi. Survei Populix pada April 2024 menemukan bahwa 69% Gen Z menghabiskan uangnya untuk membeli makanan sementara 14% untuk produk kecantikan 9% untuk transportasi 5% untuk hiburan dan 3% untuk liburan. (sumber)
Selain itu, survei Katadata Insight Center menunjukkan bahwa 31,4% Gen Z rutin membelanjakan uangnya untuk makan dan minum di luar dan 13,4% untuk hobi dan hiburan. (sumber)
Di Kupang, penelitian lain juga menunjukkan bahwa semakin tinggi gaya hidup hedonis seseorang, semakin besar kemungkinan mereka menjadi konsumtif, terutama di kalangan remaja putri.
Selain itu, globalisasi semakin mendorong anak muda untuk menjalani hidup yang serba instan dan konsumtif, menjauh dari nilai-nilai tradisional dan agama. Akibatnya, banyak yang kehilangan arah dan sulit menemukan makna hidup yang lebih besar.
Fenomena ini mencerminkan kecenderungan Gen Z untuk mengikuti tren konsumtif, seperti membeli barang-barang bermerek atau pergi ke tempat-tempat mewah, yang dapat mengarah pada krisis identitas dan kehilangan arah dalam menentukan tujuan hidup.
Degradasi Spiritual & Moral
Nilai-nilai agama semakin terkikis oleh arus globalisasi, sekularisme, dan materialisme. Banyak yang jauh dari nilai-nilai Islam, sehingga kehilangan pegangan dalam menjalani hidup.
Berikut beberapa hasil penelitian:
- Perubahan Gaya Hidup
Globalisasi telah membawa perubahan signifikan dalam gaya hidup generasi muda Muslim. Kemajuan teknologi, termasuk internet dan media sosial, memungkinkan mereka terhubung dengan budaya populer global, yang dapat mempengaruhi identitas keagamaan mereka. - Pergeseran Nilai dan Norma
Globalisasi telah membawa perubahan dalam nilai-nilai, norma, dan gaya hidup remaja. Remaja cenderung terpapar oleh budaya asing melalui media massa dan teknologi digital, yang dapat memengaruhi identitas keagamaan mereka. - Konten yang Bertentangan dengan Nilai Agama
Remaja cenderung terpapar pada konten yang bertentangan dengan ajaran agama atau yang tidak sesuai dengan nilai-nilai moral Islam melalui media sosial. - Perubahan Perilaku Keagamaan
Penggunaan media sosial memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku keagamaan remaja masjid, dengan hasil riset menunjukkan bahwa penggunaan media sosial sangat berpengaruh signifikan secara simultan terhadap perilaku keagamaan remaja masjid.
Temuan-temuan di atas menekankan perlunya perhatian serius dalam menjaga dan memperkuat nilai-nilai agama di kalangan pemuda di tengah arus globalisasi dan perkembangan teknologi.
Pengaruh media sosial dan teknologi dapat menyebabkan pemuda menjauh dari nilai-nilai spiritual dan tradisional
Dominasi AI dan Hilangnya Lapangan Kerja
Revolusi teknologi dan kecerdasan buatan menggantikan banyak pekerjaan manusia, menyebabkan gelombang PHK massal dan meningkatnya angka pengangguran.
Ancaman Penggantian oleh Kecerdasan Buatan (AI). Survei World Economic Forum (WEF) memproyeksikan bahwa sekitar 41% perusahaan di dunia berencana melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan pada 2030 akibat adopsi AI (sumber)
Diperkirakan hingga 2030, sekitar 375 juta pekerja di seluruh dunia harus beradaptasi dengan peran baru akibat otomatisasi dan AI, sementara di Indonesia, lebih dari 23 juta pekerjaan berisiko tergantikan, menimbulkan kekhawatiran besar bagi pemuda yang belum memiliki keterampilan sesuai dengan tuntutan era digital.
Sekarang kita lihat saja, fenomena PHK massal mulai merebak dimana-mana. Paling baru Perusahaan tekstil terkemuka, PT Sritex, mengalami kebangkrutan yang mengakibatkan PHK massal terhadap karyawannya. Pada 26 Februari 2025, sebanyak 10.665 pekerja terkena PHK, dan perusahaan resmi ditutup pada 1 Maret 2025. (sumber)
Data dari Kementerian Ketenagakerjaan menunjukkan bahwa sepanjang Januari hingga Juni 2024, sebanyak 32.064 pekerja terdampak PHK di Indonesia. Angka ini meningkat menjadi 77.965 pekerja yang terkena PHK sepanjang tahun 2024, mengalami lonjakan 20,21% dibandingkan periode sebelumnya.
Fenomena ini mencerminkan tantangan yang dihadapi dunia industri di Indonesia, yang berdampak signifikan terhadap tenaga kerja dan perekonomian nasional.
Pendidikan yang Gagal Menjawab Kebutuhan Zaman
Sistem pendidikan masih tertinggal, lebih fokus pada teori daripada praktik, sehingga lulusan sekolah dan kampus tidak siap kerja dan sulit bersaing di industri.
Sistem pendidikan seringkali tidak responsif terhadap kebutuhan industri yang cepat berubah, menyebabkan lulusan tidak siap kerja. Banyak lulusan memiliki keahlian yang tidak sesuai dengan kebutuhan industri, sehingga sulit mendapatkan pekerjaan yang layak.
Ekonomi yang Tidak Stabil dan Ketimpangan Sosial
Harga kebutuhan pokok naik, gaji stagnan, dan kesenjangan ekonomi semakin lebar. Kaum miskin semakin terhimpit, sementara yang kaya makin berkuasa.
Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia mengalami kenaikan harga kebutuhan pokok yang tidak diimbangi dengan peningkatan gaji pekerja. Misalnya, harga daging ayam naik sekitar 24,76% dari Rp31.100 pada Januari 2018 menjadi Rp38.700 pada Mei 2024. Sementara itu, rata-rata upah pekerja hanya meningkat dari Rp2.236.045 pada Februari 2024 menjadi Rp2.407.712 pada Agustus 2024.
Kesenjangan ekonomi juga menjadi perhatian, dengan rasio Gini meningkat dari 0,33 pada 2001 menjadi 0,41 pada 2011, dan sedikit menurun menjadi 0,397 pada 2016.
Selain itu, kelas menengah Indonesia mengalami penyusutan, dari 21,5% pada 2019 menjadi 17,1% pada 2024, yang berdampak pada daya beli dan kontribusi terhadap perekonomian nasional.
Meskipun tingkat kemiskinan menurun dari 9,36% pada Maret 2023 menjadi 9,03% pada Maret 2024, tantangan terkait kenaikan harga dan stagnasi gaji tetap mempengaruhi kesejahteraan masyarakat, terutama bagi mereka yang berpenghasilan rendah.
Sementara itu yang kaya semakin kaya karena mereka memiliki privillege. Para pejabat dan orang-orang super kaya dengan mudahnya mempermainkan peraturan dan hukum sehingga mereka tidak bisa dijangkau.
Adapun kebanyakan masyarakat tidak memiliki itu dan sangat sulit keluar dari kemiskinan untuk bisa naik level. Bahkan sekedar keluar dari kubangan hutang terlalu sulit. Yang bisa dilakukan hanya bertahan.
Budaya Digital yang Merusak
Pemuda kecanduan gadget, media sosial, game online, dan judi digital. Dampaknya adalah penurunan produktivitas, degradasi mental, serta ketidakmampuan berpikir kritis.
Penggunaan gadget yang berlebihan, seperti kecanduan game online, dapat mengganggu produktivitas dan interaksi sosial pemuda
Berikut adalah data mengenai kecanduan gadget di kalangan anak muda Indonesia, mencakup game online, judi online, dan media sosial:
- Kecanduan Game Online
Menurut data, 77,5% remaja laki-laki dan 22,5% remaja perempuan di Indonesia mengalami kecanduan game online. Sebuah penelitian di Jakarta menemukan bahwa sekitar 14% remaja mengalami kecanduan internet, terutama terkait media sosial dan game online. (sumber) - Kecanduan Judi Online
Data menunjukkan bahwa 2% (80.000) pemain judi online di Indonesia berusia di bawah 10 tahun, dan 11% (440.000) berusia 10-20 tahun.(sumber)
Laporan lain mencatat bahwa 197.054 anak di bawah umur di Indonesia terlibat dalam judi online, dengan total transaksi mencapai Rp293 miliar. (sumber) - Kecanduan Media Sosial
Sebuah survei menemukan bahwa 19,3% anak Indonesia mengalami kecanduan internet, dengan durasi online meningkat dari 7,27 jam menjadi 11,6 jam per hari. (sumber)
Penelitian lain menunjukkan bahwa 51,4% remaja mengalami kecanduan media sosial tingkat rendah, sementara 48,6% lainnya berada pada tingkat tinggi. (sumber)
Data ini mengindikasikan bahwa kecanduan gadget, termasuk game online, judi online, dan media sosial, menjadi isu serius di kalangan anak muda Indonesia dan memerlukan perhatian khusus dari berbagai pihak.
Persoalan Sosial yang Semakin Kompleks
Perceraian meningkat, angka kriminalitas melonjak, dan solidaritas sosial semakin menurun. Banyak pemuda merasa sendirian, kehilangan support system, dan akhirnya terjerumus ke jalan yang salah.
Fenomena ini mencerminkan perubahan sosial yang signifikan di masyarakat. Perceraian yang meningkat menunjukkan ketidakstabilan dalam keluarga, yang sering kali berdampak pada kondisi mental dan emosional anak muda.
Sementara itu, lonjakan angka kriminalitas, termasuk kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkoba, menjadi bukti bahwa banyak pemuda yang kehilangan arah dan mencari pelarian dalam tindakan destruktif.
Di sisi lain, era digital yang membuat segalanya serba individualistis turut mengikis solidaritas sosial, menyebabkan banyak anak muda merasa sendirian tanpa dukungan komunitas atau keluarga yang kuat.
Tanpa adanya lingkungan yang membimbing, mereka lebih rentan terseret ke dalam gaya hidup yang berbahaya dan merugikan.
Fragmentasi Umat & Kurangnya Sinergi
Umat Islam terpecah-pecah dalam kelompok-kelompok kecil, masing-masing berjalan sendiri-sendiri tanpa kolaborasi. Persoalan umat terlalu besar untuk diselesaikan tanpa kebersamaan.
Program-program yang ditujukan untuk mengatasi masalah pemuda seringkali berjalan sendiri-sendiri tanpa koordinasi yang baik, sehingga kurang efektif.
Ashobiyah golongan dalam Islam merujuk pada sikap fanatisme yang berlebihan terhadap kelompok atau organisasi sendiri, tanpa mempertimbangkan kebaikan yang lebih luas bagi umat. Jelas sikap ini bertentangan dengan semangat ukhuwah Islamiyah yang menekankan persatuan dan kerja sama dalam kebaikan.
Jika suatu kelompok hanya berfokus pada kemajuan internalnya tanpa membuka diri untuk kolaborasi dengan pihak lain, maka potensi umat menjadi terpecah, dan solusi bagi persoalan bersama menjadi sulit diwujudkan.
Padahal Islam mengajarkan bahwa kejayaan umat tidak bisa dicapai dengan eksklusivitas dan ego sektoral, melainkan dengan sinergi dan saling mendukung dalam kebaikan serta ketakwaan, sebagaimana firman Allah:
"Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan." (QS. Al-Ma'idah: 2).
Setiap orang bukannya pro pada kebenaran dan apa kata Nabi, tapi lebih mendahulukan kepentingan dan fatwa dari golongannya. Dan kalaupun ada kerjasama biasanya hanya pragmatif dan motivasi tertentu saja, bukan untuk kepentingan umat dalam jangka panjang.
Kalau masih seperti ini tentu akan sulit.
Lemahnya Kemandirian Ekonomi Umat
Sebagian besar umat Islam masih bergantung pada sistem ekonomi yang tidak berpihak kepada mereka. Minimnya jiwa wirausaha dan ekosistem bisnis berbasis komunitas membuat umat sulit bangkit.
Pendidikan kewirausahaan belum menjadi fokus utama dalam kurikulum, sehingga minat dan kemampuan berbisnis di kalangan pemuda masih rendah
Minimnya program pelatihan ulang dan peningkatan keterampilan membuat pekerja rentan terhadap perubahan teknologi dan pasar kerja
Degradasi Pertanggungjawaban Pemerintah
Banyak kebijakan tidak berpihak pada kepentingan rakyat, sehingga persoalan sosial, ekonomi, dan pendidikan terus dibiarkan tanpa solusi nyata.
Akibatnya, jurang ketimpangan semakin melebar, kesejahteraan hanya dinikmati segelintir orang, dan generasi muda dibiarkan menghadapi masa depan yang tak pasti.
Jika kita terus diam dan membiarkan keadaan ini, maka krisis sosial akan semakin dalam, menghancurkan harapan dan potensi yang sebenarnya bisa menjadi kekuatan besar bagi bangsa ini.
Sudah saatnya kita bergerak, bersatu, dan mengambil peran dalam menciptakan perubahan nyata—karena jika bukan kita, siapa lagi?
Semua ini tidak bisa dibiarkan. Kalau kita tidak bergerak sekarang, kapan lagi? Kalau bukan kita yang menyelesaikan, siapa lagi?
Dukung Syabab Camp Cetak Entrepreneur Muslim!
Seiring makin sempitnya lapangan kerja akibat teknologi AI dan robot, yuk bantu kami siapkan generasi baru entrepreneur muslim yang tangguh dan siap bersaing, dan dapatkan bonusnya yang melimpah!
Donasi via Trakteer Klaim Bonus via WhatsApp
Chapter 2 Solusi: Solusi yang Bisa kita Upayakan, dari yang Kecil
Solusi umum dari berbagai persoalan ini harus dimulai dengan membangun kembali fondasi sosial yang kuat melalui pendidikan yang relevan, ekosistem ekonomi yang berkeadilan, serta nilai-nilai spiritual dan moral yang kokoh.
Pemuda harus diberdayakan bukan hanya sebagai pencari kerja, tetapi sebagai pencipta solusi dan agen perubahan bagi masyarakat. Selain itu, diperlukan sinergi antara komunitas, dunia usaha, tokoh, masjid, sekolah, dan berbagai elemen yang peduli pada perubahan.
Lebih dari itu, kita perlu membangun sistem yang memungkinkan berbagai sumber daya (source) saling mendukung.
Dengan memperkuat kolaborasikita dapat menciptakan solusi yang berkelanjutan dan memastikan bahwa tidak ada potensi yang terbuang sia-sia. Hanya dengan kebersamaan dan saling menguatkan, kita bisa menghadapi tantangan zaman dengan lebih tangguh dan membangun masa depan yang lebih baik.
Solusi Secara Konsep Global
Syabab Camp memiliki pendekatan holistik dalam membentuk generasi muda yang siap menghadapi tantangan dunia kerja dan kehidupan. Pendekatan ini mencakup:
- Orientasi Portofolio
Semua peserta wajib menghasilkan karya nyata yang dapat menjadi bukti keterampilan mereka di dunia industri. - Personal Branding & Digital Marketing
Setiap peserta dilatih untuk membangun citra profesional di internet agar lebih mudah ditemukan oleh perusahaan atau klien. - Pelatihan Berbasis Praktik Langsung
Program tidak hanya berbasis teori, tetapi langsung diterapkan dalam proyek nyata untuk meningkatkan keterampilan dan pengalaman kerja. - Pendidikan Entrepreneurship & Soft Skill
Peserta diajarkan tidak hanya keterampilan teknis, tetapi juga keterampilan bisnis, komunikasi, manajemen waktu, dan problem-solving. - Jaringan ke Industri & Kesempatan Magang
Syabab Camp bekerja sama dengan UKM, perusahaan, dan komunitas bisnis untuk memberikan akses bagi mereka melihat dan menilai pekerjaan siswa. Saat siswa sampai pada level tertentu yang siap diberdayakan maka stakeholder ini memberikan jalan ke peluang kerja bagi siswa. - Pendampingan dan Evaluasi Berkala
Setiap peserta mendapatkan bimbingan untuk memastikan mereka benar-benar berkembang sesuai target keterampilan dan karier mereka. - Keseimbangan antara Teknologi dan Spiritual
Syabab Camp mendorong penggunaan teknologi secara positif, tanpa mengabaikan nilai-nilai spiritual agar peserta tetap memiliki moral dan integritas yang kuat.
Solusi per Permasalahan oleh Syabab Camp
Di tengah pesatnya perubahan zaman dan kompleksitas permasalahan yang dihadapi pemuda, dibutuhkan solusi yang tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga dapat diimplementasikan secara nyata.
Syabab Camp hadir dengan pendekatan berbasis aksi, menghubungkan siswa dengan sponsor melalui platform yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan keterampilan, akses industri, dan kesempatan berkarya.
Dengan sistem yang saling mendukung, platform ini tidak sekadar menjadi tempat belajar, tetapi juga ekosistem yang mendorong pemuda untuk berkembang, membangun portofolio, dan terhubung langsung dengan dunia profesional.
- Permasalahan Ancaman AI menggantikan tenaga kerja ⇒ Syabab Camp melatih keterampilan yang tidak bisa digantikan AI, seperti copywriting berbasis storytelling, branding, komunikasi, dan strategi pemasaran digital. Peserta juga diajarkan cara menggunakan AI sebagai alat bantu, bukan sebagai pengganti keterampilan mereka.
- Permasalahan Sekolah terlalu lambat menyesuaikan kebutuhan industri ⇒ Kurikulum Syabab Camp selalu update dengan tren industri terbaru, sehingga peserta tidak tertinggal. Pelatihan berbasis praktik nyata dan proyek langsung membuat peserta lebih siap kerja.
- Permasalahan Ketidaksesuaian keahlian dengan yang dibutuhkan industri ⇒ Program Syabab Camp berorientasi pada kebutuhan pasar kerja saat ini dengan fokus pada skill yang sedang banyak dicari, seperti digital marketing, konten kreatif, desain, dan bisnis online.
- Permasalahan Kurangnya pendidikan kewirausahaan ⇒ Peserta tidak hanya belajar keterampilan teknis, tetapi juga strategi bisnis, pemasaran, dan manajemen keuangan agar mereka bisa mandiri secara ekonomi.
- Permasalahan Kecanduan gadget & game ⇒ Peserta diajak menggunakan gadget secara produktif untuk membangun personal brand, mencari peluang kerja, atau menjalankan bisnis digital. Ada pembiasaan jadwal produktif agar tidak kecanduan game atau konten negatif.
- Permasalahan Penanganan masalah pemuda yang tidak sevisi ⇒ Syabab Camp menghubungkan pemuda, industri, dan mentor dalam satu ekosistem pembelajaran agar solusi tidak terpecah-pecah, melainkan berjalan terstruktur dan saling terhubung.
- Permasalahan Degradasi spiritual di kalangan pemuda ⇒ Selain keterampilan teknis, Syabab Camp mengintegrasikan nilai-nilai spiritual, etika kerja, dan mindset Islami dalam setiap sesi pembelajaran agar peserta tetap memiliki karakter yang baik.
- Permasalahan Krisis tenaga kerja di sektor teknologi ⇒ Syabab Camp melatih peserta di bidang digital marketing, web development, dan content creation yang selaras dengan kebutuhan industri digital saat ini.
- Permasalahan Kurangnya program upskilling dan reskilling ⇒ Peserta akan selalu mendapatkan update materi & pelatihan lanjutan bahkan setelah mereka menyelesaikan program. Jaringan alumni juga akan terus memberikan informasi tentang tren industri terbaru.
- Permasalahan Minimnya akses pemuda ke peluang kerja ⇒ Syabab Camp menjembatani peserta dengan perusahaan dan UKM melalui program magang dan proyek kolaboratif, sehingga mereka memiliki jalur masuk ke dunia kerja.
Permasalahan Degradasi pertanggungjawaban pemerintah Syabab Camp hadir sebagai solusi independen berbasis komunitas dan industri, tanpa bergantung sepenuhnya pada kebijakan pemerintah, sehingga mampu menciptakan perubahan nyata bagi generasi muda.
Dengan pendekatan ini, Syabab Camp tidak hanya melahirkan tenaga kerja siap pakai, tetapi juga pemimpin muda, kreator, dan wirausahawan yang mampu bertahan dalam era disrupsi teknologi dan industri.
Chapter 3 Gambaran ke Depan: Langkah ke depan kita dalam menyelesaikan masalah
Chapter 4 Yang sudah kami lakukan: Yang sudah kita lakukan bersama Syabab Camp
Chapter 5 Kami Membutuhkan Dukungan Anda: Bagaimana anda bisa mendukung gerakan ini